Jumat, 13 Oktober 2017

Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa

Makalah Akhlak Tasawuf
( Sejarah Perkembangan Tasawuf Dari Masa Kemasa)

Dosen Pengampu:
Saimun M.Si



Oleh:
Linda Rosmawati
160103019
Kelas III A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM



Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa
A.    Perkembangan Tasawuf Pada Abad Kesatu dan Kedua Hijrah
Menurut ibnu al jauzi dan khaldun, secara garis besar kehidupan kerohanian dalam islam terbagi menjadi dua yaitu zuhud dan tasawuf diakui bahwa keduanya merupakan istilah baru yang belum ada pada masa Nabi Muhammad SAW. Dan tidak terdapat dalam Al-Qur’an, kecuali zuhud yang disebut sekali dalam Surah Yusuf (12) ayat 20.[1]
1.      Aliran Madinah
Sejak masa awal, di madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan menetapkan Rasulullah SAW. Sebagai panutan kezuhudannya. Para sahabat dalam kehidupannya selalu mencontoh kehidupan Rasulullah SAW. Yang serba sederhana dan hidupnya hanya diabdikan kepada Tuhannya. Para sahabat tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Abu Bakar Ash-Shiddiq (w. 13 H)
Abu Bakar pada mulanya adalah seorang saudagar Quraisy yang kaya. Setelah masuk islam, ia menjadi seorang yang sangat sederhana. Ketika menghadapi perang Tabuk, Rasulullah SAW. Bertanya kepada para sahabat,”Siapakah yang bersedia memberikanharta bendanya dijalan Allah SWT.?” Abu Bakar adalah orang pertama yang menjawab, “Saya ya Rasulullah.” Akhirnya, Abu Bakar memberikan seluruh harta kekayaannya untuk jalan Allah SWT. Melihat hal tersebut, Nabi Muhammad SAW. Bertanya kepada Abu Bakar,”Apalagi yang tinggal untukmu, Wahai Abu Bakar?” ia menjawab, “Cukuplah Bagiku, Allah dan Rasul-Nya.” Diriwayatkan bahwa selama enam hari dalam seminggu, Abu Bakar selalu dalam kondisi lapar. Pada suatu hari, Rasulullah SAW. Pergi kemasjid. Disana, beliau bertemu dengan Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, kemudian bertanya,”Mengapa Anda berdua sudah ada di masjid?” kedua sahabat itu mejawab,”Karena menghibur lapar.”
            Diceritakan pula bahwa Abu Bakar hanya memiliki sehelai pakaian . ia berkata,”Jika seorang hamba begitu dipesonakan oleh hiasan dunia, Allah SWT. Membencinya sampai meninggalkan hiasan itu.” Oleh karena itu, Abu Bakar memilih takwa sebagai “pakaiannya”. Ia menghiasi dirinya dengan sifat-sifat rendah hati, santun, sabar, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan ibadah dan zikir.
b.      Umar bin Khaththab (w. 23 H)
Umar bin Khaththab merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW terdekat dan khalifah kedua Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun. Ia termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia. Ketika menjadi khalifah, ia selalu mengadaka pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya. Diceritakan bahwa setiap malam,ia pergi berkeliling mengamati keadaan rakyatnya. Ia khawatir apabila ada di antara mereka yang mengalami kesulitan, seperti sakit atas kelaparan.
Suatu ketika, Umar mendapatkan seorang ibu yang berpura-pura memasak untuk meredakan tangisan anak-anaknya yang sangat lapar. Ketika Umar menyelidikinya, ia melihat bahwa yang dimasak itu adalah batu. Umar bertanya kepada wanita itu,”mengapa anda tidak memasak roti, tetapi hanya masak batu?” wanita itu menjawab,”Saya tidak mempunyai gandum.” Mendengar jawaban wanita miskin tersebut, Umar langsung pergi ke Baitul Mal mengambil gandum dengan memanggulnya sendiri kemudian menyerahkannya kepada wanita miskin tadi.
 Umar juga sangat takut mengambil harta kaum muslim tanpa alasan yang kuat. Ia berpakaian sangat sederhana, bahkan tak pantas untuk dipakai oleh seorang pembesar seperti dia. Umar meneladani sikap Rasulullah SAW. Dalam seluruh kehidupannya. Prinsip hidup sederhana ini juga diterapkan Umar dilingkungan keluarganya. Istri dan anak-anaknya dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari pembesar ataupun rakyatnya.
c.       Utsman bin Affan (w.35H)
   Utsman merupakan khalifah ketiga dan sahabat yang sangat berjasa pada periode awal pengembangan ilsam, baik pada saat islam dikembangkan secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Ya dijuluki Dzu An-Nurain ( memiliki dua cahaya ) karenamenikah dgn dua orag puri Nabii Muhammad SAW., yg bernama ruqayyah dan ummu kalsum.
            Sebelum masuk islam utsman bin Affan dikenal sebagai pedagang besar dan terpandang. Kekayaannya berlimpah luah. Setelah masuk islam, dengan penuh kerelaaannya, iya menyerahkan sebagian harta kekayaannya untuk perjuangan islam dan membela orang-orang miskin dan yg teraniyaya. Adapun dalam kehidupan kesehariannya, ia selalu hidup sederhana. Dengan hal ini, jelaslah pada diri utsman terdapat jiwa-jiwa sufi yang tidak tertarik pada kegemerlapan kekayaan dan kesenangan duniawi.
d.      Ali bin Abi thalib ( W.40H )
Ali merupakan khalifah keemat dari AL-khulafa’ Ar-Rasyidun ( empat khalifah besar ): orang pertama yang masuk islam dari kalangnan anak-anak, sepupu nabi Muhammad SAW. Yang kemudian menjadi menantunya. Ayahnya, Abu thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd manaf adalah kakak kandung nabi mhammad SAW., Abdullah bin muthalib. Ibunya bernama Fatimah binti As’ad bin Hasyim bin Abd Manaf. Suatu lahir, ia diberinama HAidarah oleh ibunya. Nama itu kemudian diganti oleh ayahnya Ali.
            Ali dikenal sangat sederhana dan zahid dalam kehidupan sehari-hari tidak tanpa perbedaan dalam kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat sebagai khalifah, sehingga diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya  “ mengapa khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah robek-robek? “ ali menjawab,  “ aku senang memakainya agar menjadi teladan bagi orang banyak sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan hidup mulia.    siakp dan pertanyaan inilah yang menandakan dirinya seorang sufi.
e.       Salaman AL-Frisi ( W.32W )
Menurut suatu riwayat salaman AL-farisi berasal dari Dihqan, sebuah desa di persia (iran) diwilayah jaiy (jayan ), dekat Isfahan sumber lain menyebutkan bahwa ia berasal dari Ramhurmuz. Nama aslinya adalah Mabeh ( mayeh).
Dikalangan hari tasawuf, salaman alfarizi dikenal sebagai seorang sahabat yg suka hidup keras ( menderita) dan zuhud, bahkan dikatakan termasuk ahl as-suffah ( penganut tasawut ) dan pendiri yang dikaruniai ilmu laduni ( ilmu yang dianugrahkan Allah SWT. Kepada orang-orang tertentu secara langsung, tanpa melalui proses belajar mengajar ). Dikatatan juga bahwa ia adlah orang pertama yg melontarkan ide tentang khalifah ( wakil guru sufi ) dan nur Muhammad ia melontarkan pemikiran itu kepada sa’sa’ ah bin suhan, yg kemudian menegaskan bahwa khalifah manusia pertama adalah Muhammad SAW. Lau Ali. Dikatakan bahwa ketika turun ayat;
وَاِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْ عِدُ هُمْ اَجْمَعِيْنَ
“dan sungguh, jahannam itu benar-benar (tempat) yang telah dijanjikan untuk mereka (pengikut setan) semuanya.” (Q.S Al-Hijr [15]:43]
Salman berteriak sambil meletakan tangannya dikepala, sraya lari keluar selama tiga hari. Kejadian ini ditafsirkan oleh ahli tasaawuf sebagai keadaan sedang mabuk dan fana’  ( tak sadar karena khusyuk), sehigga tidak mendengar apapun dan hanya melihat dari tuhan.
f.       Abu Dzar Al-Ghifary (W. 22 H)
Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yg yang telah dirintis oleh Abu bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah meras menderita apabila ditimpa cobaan. Bahkan, ia sangat senang menerima berbagai macam cobaan dari Allah SWT. Karena menganggap bahwa cobaan itu merupakan perhatian tuhan terhadapnya. Oleh karena itu, setia kali merasa dicoba oleh Allah SWT., ia mengucapkan syukur dan tahmid. Zuhud sebagai bagian dari tasawuf apabila diartikan sebagai kesadaran dan komunikasi langsung antara manusia dengan tuhan sebagai perwujudan ihsan, maka zuhud  merupakan suatu stasiun (maqam) menuju tercapainya penjumpaan atau ma’rifat pada-Nya.[2]
g.      Amar bin yasir (W.37H)
Ia adalah seorang sufi yang sangat setia kepada khalifah ali bin abi thalib, sehingga terlihat ajaran tasawufnya sama dgn ajaran tasawuf yg telah diamalkan oleh ali sebelumnya, iapun termasuk salah seorang dari ahlus suffah yang pernah menyatakan bahwa apabila amalan zuhud merupakan perhiasan dalam segala kebaikan, harta benda kebanggaan bagi pemuka-pemuka masyarakat makkah yang telah diberantas oleh agama islam. Menurutnya, seorang hamba yg menginginkan kemulian dari allah SWT., harus menghiasi dirinya dgn amalan zuhud, dan menjauhkan dirinya dari kemewahan harta benda. Ii berarti tidak mengukangi sikap dan perilaku orang-orang makkah yg telah diberantaskan oleh ajaran islam.
h.      Hudzaifah bin alyaman ( W.36H)
Ia juga salah seorang sufi yang setia kepada ali bin abitalib, sebagaimana halnya amar bin yasir. Ia tergolong sebagai alim yang bijaksana sehingga banyak orang yg datang belajar tasawuf kepadanya.
 Dalam mengajarkan tasawuf, ia selalu mendapatkan bimbingan dari Ali, terutama cara mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya. Ali sering memerintakan agar tidak menerima sembarang orang sebagai murinya dalam pengajaran tasawufsebab hal itu bisa berbahaya terhadap murid-murid yg tidak mampu menerimanya menurut Ali, ilmu tasawuf merupakan ilmu yang sangat tinggi. Oleh karena itu, orang yg akan diajarkan imu tersebut, harus disesuaikan dgn  kemampuan akal dan perasaannya.
i.        Almiqdad bin Al aswad ( W. 33H)
Ia adalah seorang sufi yg berpegang teguh padaajaran zuhud, Termasuk salah seorang ulama sufi yg sangat menentang kebijakn politikn yg dijalankan oleh khalifah utsman srring mengemukakan kekagumannya, dan memuji cara hidup miqdad, yang dinilainya sebagai salah seorang ulama sufi yg terkemuka.
  Kepopuleran nama miqdad bukan karena seringya menentang dan menunjukan kesalahan utsman tetapi karena banyak muridnya yg menjadi ulama besar yg sering menunjuka kelebihan gurunya, terutama ketekunannya dlm mengamalkan ajaran zuhud kealimannya sangat memukau orang-orang yg pernah melihatnya, terutama dan pegawai-pegawai pemerintahan ketika itu. Diantara tokoh-tokoh ulama sufi pada masa tabi’in dari aliranmadinah:
(1)   Sa’id ibn Al musayyab ( W. 91 H )
Menurut ibnu khallikan, ia dalah tokoh tabi’in kelas pertama sebab padanya terpadu hadist, piqh, kezahidan, ibadah, dan sikap rendah hati. Mengenai keasketisan dalam masalah harta, diriwayatkan bahwa ia ditawari uang sebanyak 35.000 dirham,tetapi iamenjawab, “ aku tidak membutuhkannya, juga akun tidak membutuhkan bani marwan sehingga aku bertemu Allah SWT. Yang akan memberikan putusan antara aku dan mereka. “ dia memandang penguasa bani umayyah sebagai para tiran. Bahkan, ia tidak mau berbai’at kepada ‘abdul malik bin marwan sehingga ia dicambuk 50X dan dirak mengelilingi pasar-pasar dimadinah
(2)   Salim bin ‘abdullah
Salim hidup sezaman dengan sa’id bin almusayyab. Mengenai kesederhanaanya, ia becerita, “ suatu hari aku menemui alwalid bin ‘abdul malik. Walid bertanya, “ sehat benar tubumu. Apa yang engkau makan” ? aku menjawab “ kue dan minyak “ walid berkata lagi, kau makan dengan penuh selera ? “ aku menjawab, kue itu kubiarkan sampai aku berselera memakannya. Alu aku telah berselera, barulah kue itu aku makan’. “
  Uraian ini menjelaskan bahwa aliran madinah berpegang teguh pada asketisme dan kerendah hatian nabi muhammad SAW. Selain itu, aliran ini tidak begitu terpengaruh oleh perubahan sosial yeng berlangsung pada dinasti Amawiyyah, dan perinsip-perinsipnya tidak berubah sekalipun mendapat tekanan dari penguasa. [3]
2.       Aliran bashrah
Louis massigonon mengemukakan bawa pada abad kesatu dankedua terdapat dua aliran asketisme ISLAM yang menonjol, yaitu basrah dan khufah. Diantar tokoh sufi yang menonjol dari aliran basrah.
a.       Al-hasan Al-bashry ( 22 H-110 H)
Nama lengkapnya adalah Al-hasan bin Abi Al-hasan Abu sa’id. Dia dilahirkan dimadinah pada tahun 21 H/624 M dan meninggal di basrah pada tahun 110 H / 728 M. ia adalah putra zaid bin sabit, seorang budak yeng tertangkap di maisan, kemudian menjadi sekretaris nabi Muhammad SAW. Ia memperoleh pendidikan di basrah. Ia sempat bertemu sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW., termasuk tujuh puluh diantara mereka adalah yang turut serta dalam perang badar.
    Ia mendapatkan ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-yaman, sehingga ajaran itu memengaruhi sikap dn perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari sehingga ia dikenal sebagai ulama sufi yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkadung dalam ajaran islam dan sangat menguasai ilmu batin.
    Memang banyak pengakuan yang menyebutkan kelebihan dan keutamaan Hasan Al-basri dalam melaksanakn ajaran-ajran agama, seperti yang dikatakan oleh Abu Qatadah, “ Bergurulah kepada syekh ini! Saya sudah menyaksikan sendiri, tidaklah ada orang tabi’in yang menyerupai sahabat Nabi Muhammad SAW., kecuali beliau.”
    Dasar pendirian al-basri adalah zuhd terhadap dunia, menolak segala kemegahannya, hanya menuju kepada Allah SWT., tawakal, khauf, dan raja’. Jangankan semata-mata takut kepada Allah SWT., tetapi ikutilah ketakutan dgn pengharapkan. Takut akan murka-nya, tetapi mengharapkan rahmat-nya. Kemudian, kita harus meninggalkan kenikmatan dunia karena hal itu merupakan hijab (penghalang) dari keridaan Allah SWT.
b.      Rabi’ah AL-adawiyah ( 96 H/713 M – 185 H / 801 M )
Nama lengkapnya adalah Ummu Al-khair rabi’ah binti ismail Al-adawiyyah AL-Qisiyah. Ia lahir dari keluarga yang sangat miskindi bsrah pada tahun 96 H / 736 M. pada saat masih kanak-kanak, ia sudah ditinggal mati oleh ayahnya sehinga pada saat remaja, ia dirundung keperihatinan.
   Untuk melukiskan keperihatinan rabi’ah, fariduddin attar (513 H /1119 M -627 H / 1230 M ) penyair mistik Persia, menulis bahwa ia dilahirkan dirumah, yang tidak ada sesuatu pun yang dapat dimakan dan yang dapat dijual. Malam gelap gulita karena minyak untuk penerangan juga telah habis. Pada suatu hari; menjelang usia remajanya, ketiak keluar rumah, ia ditangkap oleh penjahat dan dijual dengan harga 6 dirham. Orang yang membeli rabi’ah menyuruhnya mengerjakan pekerjaan yang berat memperlakukannya dengan bengis dan kasar. Rabi’ah tetap tabah menghadapi penderitaannya. Pada siang hari melayani tuannya, dan pada mlm hari, ia beribadah kepada Allah SWT., mendambakan ridanya. Pada suatu mlm, tuannya terjaga dari tdur dan melalui jendela, ia melihat rabi’ah sedang sujud dan berdo’a,  ya Allah, engkau tau bahwa hasrat hatiku adalah untuk mematuhi perintahmu ; jika aku dapat mengubah nasib q ini, niscaya aku tidak akan beristirahat barang sebentarpun dari mengabdi kepadamu.,” mnyaksikan eristiwa itu, si tuan merasa takut. Ia termenung semalaman sampai terbit fajar. Pagi-pagi sekali, ia memanggi rabi’ah, bersikap lunak kepdanya dan membebaskannya,
  Setelah menikmati kebebasan, rabi’ah menjalani kehidupan sufistik, beribadah dan ber-khalwat (menyepi), lebih memilih kemiskinan daripada kegemerlapan kehidupan duniawi. Ia hidup menyendiri, tidak menikah, dan enggan menerima bantuan matrill dari orang lain. Dengan sikap dan kesalehannya, namanya sebagai orang suci dan pengkhotbah semakin harum. Ia dihormati oleh orang-orang zuhud semasanya dan sering dikunjungi untuk tukar-menukar pengalaman mengenai masalah kesufian. Para sufi yang sering berkunjung , antara lainmalik bin dinar ( W. 171 H ) sufyan Ats-Tsauri ( 97-161 H ) Syaqiq Al-balkhi. (W. 194 H/810 M ) dan lain-lain.
c.       Malik bin dinar ( W. 131 H )
Ibnu khallikan menjelaskan malik adalah seorang ilmuan yang asketis dan rendah hati. Bahkan, ia adalh seorang yang suka merendah dan tidak mau makan, kecuali dari hasil kerjanya sendiri. Pekerjaannya adalah menulis mushaf dan upah. Diantara ucapannya adalah “ ya tuhanku janganlah kau masukan apapun kedalam rumah malik bin dinar.”
  Asy-sya’rani mengemukakanbahwa malik makan dari hasil kerja mengambil pelepah kurma. Dirumahnya tidak terdapat apa-apa selain mushaf, kendi, dan tikar. Selain itu, diriwayatkan bahwa ia pernah berkata , “ seandainya seseorang mempelajari ilmu untk diamalkan, ilmunya akan berkembang. Akan tetapi, seandainya ia mempelajari ilmu bukan untk diamalkan, ia akan bertambah keji, takabur, dan merendahkan orang awam.
  Corak tasawuf emnonjol pada aliran basrah adalah rasa takut yang berlebihan. Hal itu, menurut ibnu taimiyyah karena danya kompetisi antara mereka dan para sufi kufah.
3.      Aliran kufah
      Aliran kufah bercorak idealistis, menyukai hal-hal aneh dalam nahwu, imajinasi alam puisi, dan harfiah dalam hadist, mereka cenderung pada aliran syi’ah dan murji’ah. Itu terjadi karna syi’ah adalah aliran kalam yang pertama kali muncul di kufah. Diantra tokoh-tokohnyaadalah sbb :
a.       Sufyan ats-tsaury (97 H /715 m-161 H /778 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah sufayan bin sa’id bin masruq ats-tsaury al-kuhfi. Ia dilahirkan di kuffah pada tahun 97 H/715 M, dan meninggal di basrah pada tahun 161 H/ 778 M. dia adalah seorang tabi’in pilihhan dan seorang zaid yang jarang ada tandingannya, bahkan merupakan seorang ulama hadist terkenal,sehingga dalam merawikan hadis, dia dijuluki amir al-mukmin fil hadis  dia adalah ulama mujahidin yang mempunyai mazhab sendiri , menurut riwayat Abu al-qasim Al-junaid madzhabnya, madzhabnya bisa bertahan dua abad.
   Suya ats-tsaury selama hidufnya diisi dengan pengabdian secara tasawuf, dan aktif mengajarkan ilmu yang ada padanya. Ia pun selalu menyrukan kepada sesame ulama agar menjauhkan dirinya darigodaan dunia yng sering membawa manusialupa mengabdikan dirinya kepada tuhan.
    Pendididkannya sangat teguh dan tidak mau mendekati penguasa, suatu ketika, ia dipanggil menghadap oleh khalifah Al-mansur untuk mempertanggungjawabkan sikapnya terhadap penguas. Ia tetap lantang pemicaraanya terhadap khalifah sehingga orang menganggap bahwa iapasti dipenjara, tetapi hla itu tidak terjadi.
   Ia pernah ditanya oleh seseorang yang berkata, ‘’ jika sufi yang ber-khalwat (menyepi) untuk beribadah kepada Allha SWT, apakah yang akan dimakannya ?” beliau menjawab’’ orang yang takut kepada Allah SWT, tidak akan khawatir apa pun yang menimpanya. Seorang sufi harus bersaha sendiri unuk biaya hidupnya, sekedar memperkuat fisiknya untuk beribadah kepada tuhannya. Seseorang tidak bolehmemberatkan orang lain, termasuk tidak boleh mengemis makan dan minuman
b.      Ar-Rabi’ bin khatsim (W67 H)
di antara ucapannya adalah,’’ Duh, saudaraku! Jadilah pelindung dirimu sendiri. Kalau tidak , kamu akan hancur., ‘’ Aku suka menjadikan diriku tertimpa cobaan hidup.’’ Dia pun terkenal dengan dengan rasa takutnya tehadap akhirat.Asy-sya’rani meriwayatkan bahwa apabila ada orang pergi ke kuburan, Ar-rabi’ berkata, ‘ wahai penghuni kubur! Kami beserta kalian.’’ Lalu, ia tidur semalaman dan paginya ia tampak seakan-akan baru bangkit dari kuburnya.
c.       Said bin jubair (W95 H)
Sa’id termasuk tabi’in. ia wakaf terbunuh Al-hajjaj. Mengenai kematiannya, ahmad bin hanbal berkata, ‘’ Al-hajjaj telah membunuh sa’id bin jubair, padaha idak seorangpun dimuka bumi ini membutuhkan ilmunya. ‘’ sementaa itu, ibnu khallikan meriwayatkan suatu dialog yang berlangsung antara sa’id dan Al-hajjaj. Dari dialog tersebut tampak jelas kesufian, kerendah-hatian, dan keberaniannya menghadap penguasa tiran. Suatu ketika Al-hajjaj bertanya, ‘’bagaimana pendapatmu tentang Ali bin Abithalib disurgakah atau dineraka ??’’ ia menjawab andaikan aku pernah memasukinya dan mengenal siapa disana, pasti aku tau siapa saja mereka. ‘’ Al-hajjaj bertanya lagi, ‘’bagaimana pendapatmu tentang para khalifah ?’’ ia menjawab , ‘’ aku bukanlah pengurus mereka. ‘’ Al-hajjaj bertanya lagi, ‘’siapakah diantara mereka yang kau kagumi ,?? Ia menjawab, ‘’ yang paling meridakan penciptaku.’’
d.      Thawus bin kisan ( W. 106 H )
Menurut ibnu khallikan, ia seorang faqih yang cakap dan cerdas. Selain itu, ia dicintai para keturunan nabi Muhammad SAW. Ia pernah memberi saran kepada umar bin abdul aziz. Keutamaanya diakuin malik bin anas. Diantara ucapannya adalah , ‘’ orang yang menerima azab paling pedih pada hari kiamat adalah menyekutukan Allah SWT. Dengan kekuasannya dan bertindak zalim.’’
4.      Aliran mesir
Diantara tokoh-tokoh sufi aliran mesir di abad pertama hijjriah adalah salim bin ‘Atar At-tajibi (W75 H), ‘’ Abdurrahman bin hujairah  ( W. 69 H ), nafi’ ( W 117 H ), Al-laits bin sa’ad  ( W 175 H ), hayyah bin syuraih ( w. 158 H ), dan Abdullah bin wahab ( W. 197 H ).
   Pada abad pertama hijriah, ulama-ulama tasawuf hanya berada di beberapa kota yang tida jauh dari kota madinah, seperti kota makkah, kufah, basrah dan kota-kota kecil lainnya. Akan tetapi, pada abad kedua hijriah, ulama-ulama tersebut sudah menyebar ke berbagai negri di wilayah kekuasaan islam. Klau pada abad pertama, istilah sufi masih kurang dikenal oleh masyarakat islam.kecuali yang dikenalnya dengan memberikan nama kepada ahli zuhud.
   Cirri lain yang terdapat pada perkembangan tasawuf pada abad pertama dan kedua hijriah adalah kemurniannya dibandingkan dengan kemurnian tasawuf pada abad sesudahnya yang sudah tercampuri ajaran filsafat beserta tradisi agama dan kepercayaan yang dianut oleh manusia sebelum islam. Pada abad sesudahnya, terlihat adanya perbedaan ajaran tasawuf dengan corak teologi dan falsafi. Semakin lama, perbedaan ajarannya semakin jauh sehingga kecurigaan antara suatu penganut tasawuf dengan lainnya semakin menonjol sehingga permusuhan diantara mereka tidak bisa dielakan . ditambah lagi kecurigaan ahli fiqh terhadap tasawuf, baik yang penganut tasawuf teologi lebih-lebih terhadap penganut tasawuf falsafi
   Secara umum tasawuf pada abad pertama dankedua hijriah memiliki karakteristik berikut.
1.      Berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi demi meraih pahala dan memelihara diri dari azab neraka. Ide ini berakar dari ajaran-ajaran Al-quran  dan As-sunah dan sebagai dampak berbagai kondisi sosiopolitik yang bekembang dalam masyarakat islam ketika itu.
2.      Bercorak praktis. Para tokohnya tidak menaruh perhatian untuk menyusun teoretis utas tasawuf. Sementara sarana-sarana peraktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan secara penuh, sedikit makan dan minum, banyak beribadah dan mengingat Allah SWT., berlebihan dalam merasa berdosa, tunduk mutlak terhadap kehendak Allah SWT., dan berserah diri kepada-nya. Dengan demkian, tasawuf pada saat itumengarah pada tujuan moral.
3.      Motivasi taswufnya adalah rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul dari landasan keagamaan secara sungguh-sungguh. Sementara, pada akhi abad kedua hijriah di tangan rabi’ah Al-Adawiyah, muncul motivasi cinta kepada Allah SWT.
4.      Ditandai dengan kedalaman membuat analisis khususnya di khurasan yang dipandang sebagai pendahuluan tasawuf secara teoretis.[4]
B.     Abad ketiga dan keempat hijriah
1.      Perkembangan tasawuf pada abad ketiga hijriah
pada abad ketiga hijriah, hijriah terlihat adanya peralihan konkret pada asketisme islam. Para asketis masa itu tidak lagi dikenal dengan gelaran tersebut, tetapi lebih dikenal dgn butan sufi. Mereka pun cenderung memperbincangkan konsep-konsep sebelumnya tidak dikenal, misalnya tetntang moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh seorang penempuh jalan menuju Allah SWT. Yang dikenal dgn istilah tingkatan (maqam) dan keadaan ( hal), makrifat dan metode-metodenya, tauhid, pana’, penyatuan atau hulul.
    Selain itu merekapun menyusun prinsip-prinsip teoretis dari semua konsep diatas. Bahkan, mereka menyusun aturan-aturan peraktis bagi tarekat mereka. Merekapun mempunyai bahsa simbolis khusus yang hanya dikenal dalam kalangan mereka, yang asing bagi kalangan luar mereka. Sejak saat itulah, munccul karya-karya tentang tasawuf. Para penlis pertama dalam bidang ini adalah Al-muhasibi ( W 243 H ), Al-kharaz ( W 277 H) , Al-hakim At-tirmidzi ( W 285 H), dan AL-junaid ( W 297 H ). Mereka adalah para sufiabad ketiga hijriah.
    Dapat dikatan bahwa abad ketiga adalah awal mula tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti yangluas. Selain itu, karakteristik tasawuf, sebagaimana telah dikemukakan, mulai tampak jelas. Kondisi ini tetap berlangsung sampai abad keempat sehingga tasawuf keuda abda ini bisa dipandang sebagai tasawuf yang perkembangannya telah mencapai kesempurnaa.
    Menurut At-taftazani etrdapat dua aliran tasawuf pada abad ketiga dan keempat . pertama, aliran para sufi yang pendapat-pendapatnya moderat ( tasawuf suni). Tawawfnya selalu menurunjuk pada Al-Qur’an dan As-sunnah. Kedua, aliran, para sufi yang terpesona oleh keadaan-keadaan fana’ ( tasawuf semifilosopis ).
Tokoh-tokoh sufi yang terkenal pada abad ini antara lain :
a.       Abu Sulaiman Ad-Darani ( W.15 H )
Nama lengkapnya adalah Abu Abdurrahman bin utbah Ad-Darani.dia lahir didaran, sebuah kampong dikawasan damaskus. Ia meninggal pada tahun 215 H / 830 M. dia adalah murid ma’ruf dan merupkan tokoh sufi yang terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’.
  Dalam sejarah, Ad-Darani dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas ma’rifah  dan hakikah. Ath-Thusi dalam kitabnya Al-lima’ berkomentar, “ andaikan dulu aku tahu bahwa di mekah ada seorang tokoh yang bisa mengajarkanku ilmu tersebut ( ma’rifah ) sekaliun hanya sekalimat, niscaya aku datangi dia dengan walaupun berjalan kaki walau jauhnya seribu farsakh sehingga aku bisa menyimaknya.
b.      Ahmad bin Al-hawary Ad-Damasqiy ( W 230 H)
Ia dilahirkan didamaskus dan dikenal oleh penduduk negeri syam ( siria ) sebagai ilmu pesikologi dan ahlak. Ia merupakan salah seorang murid sufyan bin uyainah dan sahabat dekat abu sulaiman Ad-Darani. Ktika salah seorang bertanya kepadanya tentang ilmu ahlak debgan cara yang sopan, ia menguraikan keterangannya, yang didahului dengan perkataan, “ perbuatan ini tidak ( dapat dikatakan baik ) sampai tampak kebaikan ahlakmu.
c.        Dzu An-nun Al-misri ( 155 H / 770 M – 245 H / 860 M )
Nama lengkapnya adalah Abu Al-faid sauban bin ibrahim Dzu-Anun Al-misri. Dia lahir di Ekhmim yang terletak dikawasan mesir hulu pada tahun 155 H / 770 M. pada tahun 214 H / 829 M, dia ditakap dngan dituduhan membuat bida’ah dan dikirim kekota bakhdad untuk dipenjarakan disana. Setelah diadili, khalifah memerintahkan agar ia dibebaskan dan dikembalikan ke kairo. Dikota ini ia meninggal tahun 245 H / 860 M. ajaran tasawuf yang dianutnya cenderubg bercorak filsafat kimia sehingga ia ;pernah dituduh oleh fuqaha mesir sebagai orang zindiq.
d.      Abu yazid Al-bustami ( W 261 H / 875 M )
Ketika abu yazid masih kecil, ia bernama taifur, dan ketika itu mulai tampak kegemarannya untuk belajar berbagai ilmu pengetauhan. Ia mulai belajar ilmu piqih dari ulama yang bermazhab hanafi. Adapun imu tauhid udan ilmu tasawuf yang didapatkan dari gurunya yang bernama Abu Ali As-Sindy, sangat bertentangan dengan paham sunni sehingga ia dan murid-muridnya selalu diancam hukuman atas permintaan ulama-ulama sunni kepada pemgias pemerintahan ketika itu.
   
e.       Junaid Al-baghdai ( W. 298 H )
Nama lengkapnya adalah abu alkasim al-junaid bin mhammad Al-khazzaz An-nihawandi. Dia adalah seorang putra barang pecah belah dan keponakan surri As-saqti serta teman akrab Haris Al-muhasibi.dia meninggal di Baghdad pada tahun 297 H / 910 M.
   Dia termasuk seorang tokoh sufi yang luar biasa, teguh dalam menjalankan syariat agama, sangat mendalam jiwa kesufiannya. Dia dia adalah seorang yang sangat faqih, sering memberi fatwa sesuai mazhab yang dianutnya, madzhab abu tsauri, serta teman akrab imam as-syafi’i.
  Diantara ucapan-ucapannya yang mengandung tasawuf antara lain, “ tuhan menuangkan kebajikannya kedalam hati seseorang yang selalu menyediakan ingatan kepadanya. Oleh karena itu engkau jangan melihat kesalahan hatimu. Sebab, lupa tuhan lebih menakutkan daripada masuk neraka.
f.       Al-hallaj ( lahir tahun 244 H / 838 M )
Nama lengkapnya adalah Husain bin manshur bin Muhammad Al-hallaj. Ia dilahirkan disebuah desa bernama “thur” dekat desa baidha’ di Persia.dalam sejarah tasawuf dia dikenal dengan kegigihannya mempertahankan pendapat, terutama filsafah al-hulul yang dianutnya sehingga melahirkan pernyataan yg menyatakan “ anal haq “ ( saya adalah tuhan perkataan itulah mengundang perotes para fuqaha, bahkan ahli tasawuf pun yang berbeda dengan pahamnya menuduh Al-hallaj. Ketika ditanya di pengadilan tentang filsafah hululnya, ia berkata, “ memang anasir manusia tetap sebagaimana semula, tidak bercampur dgn dzat tuhan.

2.      Perkembangan tasawuf pada abad keempat hijriah
Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya pada abad ketiga karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing. Kota Baghdad sebagainya satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf yang paing besar sebelum masa itu, mulai tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
 Upaya untung mengembangkan ajaran tasawuf diluar kota Baghdad, dipelopori oleh bebrapa ulama ulama yang terkenal kealimannya, antara lain:
1.      Musa Al-anshary; mengajarkan ilmu tasawuf di khurasan ( Persia atau iran ), dan wafat disana pada tahun 320 H.
2.      Abu hamid bin Muhammad Ar-Rubazy ; mengajarkannya disalah satu kota di mesir, dan wafat disana pada tahun 322 H.
3.      Abu zaid Al-adamy ; mengajarkan disemananjung Arabia, dan wafat disana pada tahun 314 H.
4.      Abu ali Muhammad bin abdi wahhab As-saqafy; mengajarkannya di naisabur dan kota syaraz, hingga ia wafat pada tahun 328 H.
Sekalipun demikian, perkembangan tasawuf di berbagai negeri dan kota tidak mengurangi perkembangan tasawuf dikota Baghdad. Bahkan, penulisan kitab-kitab tasawuf disana sudah dimulai bermunculan, misalnya Qut Al-qulub fi mu’amalah Al-mahbud wa washf thariq Al-murid ila makam At-tauhid fi at-tassawuf, yang dikarang oleh abu thalib al-makky, meninggal di Baghdad pada tahun 386 H.
Dalam pengajaran ilmu tasawuf di berbagai negeri dan kota, para ulama menggunakan sistem tarekat, sebagaimana yang dirintis oleh ulama tasawuf pendahulunya. Sistem tersebut berupa pengajaran dari seorang guru terhadap murid-mridnya yang bersifat teoretis serta bimbingan langsung mengenai cara pelaksanaanya yang disebut suluk dalam ajaran tasawuf.
  Sistem pelajaran tasawuf Yng disebut tarekat, diberinama dengn dinisbatkan kepada nama penciptanya ( gurunya), atau sering pula dinisbatkan pada lahirnya keiatan tarekat itu.
    Cirri-ciri lain yang terdapat pada abad ini adalah semakin kuatnya unsur filsafat yang memengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang tersebar dikalangan umat islam dari hasil terjemahan orang-orang muslim sejak permulaan daulah abbasiyah. Padaabad ini pula, mulai dijelaskannya perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang dapat dibagi oleh ahli tasawuf menjadi empat macam, yaitu :
a.       Ilmu syariah
b.      Ilmu tariqah
c.       Ilmu haqiqah
d.      Ilmu ma’rifah
      Kumpulan pengetahuan tentang syariah melalui tariqah untuk mencapai  haqiqah, dinamakan ma’rifah. Apabila seseorang telah menjalani tariqah yang seimbang dengan syariah lahir dan batin untuk menuju tujuan tertentu dalam tasawuf, insya Allah, tercapailah kondisi mental yang menciptakan istilah insane kamil ( manusia sempurna ) yang selalu dekat dengan tuhannya yang disebut waliyullah, yaitu orang yang selalu mendapatkan limpahan karunia ilahi sehingga sanggup melakukan perbuatan yang luar biasa yang dinamakan keramat ( alkaramah).[5]
C.    Abad Kelima Hijriah
Pada abad kelima, aliran tasawuf sunni terus tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, aliran tasawuf semifilosofis mulai tenggelam dan baru muncul kembali, dalam bentuk lain, yaitu pada pribadi-pribadi para sufi yang juga filsuf abad keenam dan setelahnya.
      Tenggelamnya aliran tasawuf semifilosofis pada abad kelima disebabkan berjayanya aliran teologi Ahlus Sunnah wal Jama’ah karena keunggulan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (w.324 H) atas aliran-aliran lainnya, dengan kritikannya yang keras terhadap keekstreman terhadap tasawuf Abu Yazid Al Bustami dan Al-Hallaj ataupun para sufi lain yang ungkapan-ungkapannya ganjil, termasuk kecamannya terhadap semua bentuk berbagai penyimpanan lainnya. Oleh Karena itu, tasawuf pada abad kelima cenderung mengadakan pembaruan, yaitu dengan mengembalikannya pada landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun tokoh-tokoh pada abad ini sebagai berikut:
a.       Al-Qusyairi (376-465 H)
b.      Al-Harawi (lahir 396 H)
c.       Al-Ghazali (450-405 H) [6]
D.    Abad Keenam, Ketujuh, Dan Keelapan Hijriah
1.      Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriah
a.       As-Suhrawardi Al-Maqtul (w. 587H/1191M)
b.      Al-Ghaznawy (w. 545 H/ 1151 M)
2.      Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriah
a.       Ibnu Faridh
b.      Ibnu Sabi’in
c.       Jalaludin Ar-Rumy
1.      Perkembangan Tasawuf Abad Kedelapan Hijriah
Dengan terlewatinya abad ketujuh hijriah hingga memasuki abad kedelapan, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan pemikirannya tentang ilmu tasawuf , mereka kurang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari umat islam sehingga boleh dikatakan bahwa nasib ajaran tasawuf ketika itu, hampir sama dengan nasibnya pada abad sebelumnya.
      Pengarang-pengarang kitab tasawuf pada abad ini antara lain:
a.       Al-Kisany (w. 739 H/1321 M)
b.      Abdul Karim Al-Jily, pengarang kitab Al-insan Al-Kamil.
2.      Abad Kesembilan dan Kesepuluh Hijriah serta Sesudahnya
Dua factor yang sangat menonjol yang menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia islam, yaitu:
a.       Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat islam sebab banyak di antara mereka yang terlalu menyimpang dan ajaran islam yang sebenarnya, misalnya tidak lagi menjalankan shalat karena mereka sudah mencapai tingkat ma’rifat;
b.      Penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani sudah menguasai seluruh negeri islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme, selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan jaran tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.
Masa kejayaan tidak pernah dicapai hingga sekarang. Sekalipun demikian, ajarannya tetap hidup karena merupakan suatu unsure dari ajaran islam, tetapi kadang-kadang disalahgunakan oleh orang-orang tertentu untuk mencapai tujuannya. [7]


DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawauf. Bandung: CV.Pustaka Setia.2010
Santosa, Budi.Membumikan Ajaran-Ajaran Langit. Wisdom Institute Publisher.
Nasution, Ahmad Bangun dan Siregar, Rayani Hanum. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Amin, Samsul Munir.Ilmu Tasawuf.Jakarta:Amzah.2012
http://sejarah-perkembangan-tasawuf.