Makalah Akhlak Tasawuf
( Sejarah Perkembangan Tasawuf Dari Masa Kemasa)
Dosen Pengampu:
Saimun M.Si
Oleh:
Linda Rosmawati
160103019
Kelas III A
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa
A.
Perkembangan
Tasawuf Pada Abad Kesatu dan Kedua Hijrah
Menurut ibnu al jauzi dan khaldun, secara
garis besar kehidupan kerohanian dalam islam terbagi menjadi dua yaitu zuhud
dan tasawuf diakui bahwa keduanya merupakan istilah baru yang belum ada pada
masa Nabi Muhammad SAW. Dan tidak terdapat dalam Al-Qur’an, kecuali zuhud yang
disebut sekali dalam Surah Yusuf (12) ayat 20.[1]
1.
Aliran Madinah
Sejak
masa awal, di madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan menetapkan Rasulullah SAW. Sebagai panutan
kezuhudannya. Para sahabat dalam kehidupannya selalu mencontoh kehidupan
Rasulullah SAW. Yang serba sederhana dan hidupnya hanya diabdikan kepada
Tuhannya. Para sahabat tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Abu Bakar
Ash-Shiddiq (w. 13 H)
Abu Bakar pada mulanya adalah seorang saudagar Quraisy yang kaya.
Setelah masuk islam, ia menjadi seorang yang sangat sederhana. Ketika
menghadapi perang Tabuk, Rasulullah SAW. Bertanya kepada para sahabat,”Siapakah
yang bersedia memberikanharta bendanya dijalan Allah SWT.?” Abu Bakar adalah
orang pertama yang menjawab, “Saya ya Rasulullah.” Akhirnya, Abu Bakar
memberikan seluruh harta kekayaannya untuk jalan Allah SWT. Melihat hal
tersebut, Nabi Muhammad SAW. Bertanya kepada Abu Bakar,”Apalagi yang tinggal
untukmu, Wahai Abu Bakar?” ia menjawab, “Cukuplah Bagiku, Allah dan Rasul-Nya.”
Diriwayatkan bahwa selama enam hari dalam seminggu, Abu Bakar selalu dalam
kondisi lapar. Pada suatu hari, Rasulullah SAW. Pergi kemasjid. Disana, beliau
bertemu dengan Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, kemudian bertanya,”Mengapa
Anda berdua sudah ada di masjid?” kedua sahabat itu mejawab,”Karena menghibur
lapar.”
Diceritakan pula bahwa Abu Bakar
hanya memiliki sehelai pakaian . ia berkata,”Jika seorang hamba begitu
dipesonakan oleh hiasan dunia, Allah SWT. Membencinya sampai meninggalkan
hiasan itu.” Oleh karena itu, Abu Bakar memilih takwa sebagai “pakaiannya”. Ia
menghiasi dirinya dengan sifat-sifat rendah hati, santun, sabar, dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan ibadah dan zikir.
b.
Umar bin
Khaththab (w. 23 H)
Umar bin Khaththab merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW terdekat dan
khalifah kedua Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun. Ia termasuk orang yang tinggi kasih
sayangnya terhadap sesama manusia. Ketika menjadi khalifah, ia selalu mengadaka
pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya. Diceritakan bahwa setiap
malam,ia pergi berkeliling mengamati keadaan rakyatnya. Ia khawatir apabila ada
di antara mereka yang mengalami kesulitan, seperti sakit atas kelaparan.
Suatu ketika, Umar mendapatkan seorang ibu yang berpura-pura
memasak untuk meredakan tangisan anak-anaknya yang sangat lapar. Ketika Umar
menyelidikinya, ia melihat bahwa yang dimasak itu adalah batu. Umar bertanya
kepada wanita itu,”mengapa anda tidak memasak roti, tetapi hanya masak batu?”
wanita itu menjawab,”Saya tidak mempunyai gandum.” Mendengar jawaban wanita
miskin tersebut, Umar langsung pergi ke Baitul Mal mengambil gandum dengan
memanggulnya sendiri kemudian menyerahkannya kepada wanita miskin tadi.
Umar juga sangat takut
mengambil harta kaum muslim tanpa alasan yang kuat. Ia berpakaian sangat
sederhana, bahkan tak pantas untuk dipakai oleh seorang pembesar seperti dia.
Umar meneladani sikap Rasulullah SAW. Dalam seluruh kehidupannya. Prinsip hidup
sederhana ini juga diterapkan Umar dilingkungan keluarganya. Istri dan
anak-anaknya dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari pembesar
ataupun rakyatnya.
c.
Utsman bin
Affan (w.35H)
Utsman merupakan khalifah ketiga dan sahabat
yang sangat berjasa pada periode awal pengembangan ilsam, baik pada saat islam
dikembangkan secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Ya dijuluki Dzu
An-Nurain ( memiliki dua cahaya ) karenamenikah dgn dua orag puri Nabii
Muhammad SAW., yg bernama ruqayyah dan ummu kalsum.
Sebelum masuk
islam utsman bin Affan dikenal sebagai pedagang besar dan terpandang.
Kekayaannya berlimpah luah. Setelah masuk islam, dengan penuh kerelaaannya, iya
menyerahkan sebagian harta kekayaannya untuk perjuangan islam dan membela
orang-orang miskin dan yg teraniyaya. Adapun dalam kehidupan kesehariannya, ia
selalu hidup sederhana. Dengan hal ini, jelaslah pada diri utsman terdapat
jiwa-jiwa sufi yang tidak tertarik pada kegemerlapan kekayaan dan kesenangan
duniawi.
d.
Ali bin Abi
thalib ( W.40H )
Ali
merupakan khalifah keemat dari AL-khulafa’ Ar-Rasyidun ( empat khalifah besar
): orang pertama yang masuk islam dari kalangnan anak-anak, sepupu nabi
Muhammad SAW. Yang kemudian menjadi menantunya. Ayahnya, Abu thalib bin Abdul
Muthalib bin Hasyim bin Abd manaf adalah kakak kandung nabi mhammad SAW.,
Abdullah bin muthalib. Ibunya bernama Fatimah binti As’ad bin Hasyim bin Abd
Manaf. Suatu lahir, ia diberinama HAidarah oleh ibunya. Nama itu kemudian
diganti oleh
ayahnya Ali.
Ali dikenal sangat sederhana dan
zahid dalam kehidupan sehari-hari tidak tanpa perbedaan dalam kehidupan rumah
tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat sebagai khalifah, sehingga
diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya “ mengapa khalifah senang memakai baju itu,
padahal sudah robek-robek? “ ali menjawab,
“ aku senang memakainya agar menjadi teladan bagi orang banyak sehingga
mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan hidup mulia. “
siakp dan pertanyaan inilah yang menandakan dirinya seorang
sufi.
e.
Salaman
AL-Frisi ( W.32W )
Menurut suatu riwayat salaman AL-farisi
berasal dari Dihqan, sebuah desa di persia (iran) diwilayah jaiy (jayan ),
dekat Isfahan sumber lain menyebutkan bahwa ia berasal dari Ramhurmuz. Nama
aslinya adalah Mabeh ( mayeh).
Dikalangan hari tasawuf, salaman alfarizi
dikenal sebagai seorang sahabat yg suka hidup keras ( menderita) dan zuhud,
bahkan dikatakan termasuk ahl as-suffah ( penganut tasawut ) dan pendiri yang
dikaruniai ilmu laduni ( ilmu yang dianugrahkan Allah SWT. Kepada orang-orang tertentu secara langsung, tanpa melalui proses
belajar mengajar ). Dikatatan juga bahwa ia adlah orang pertama yg melontarkan
ide tentang khalifah ( wakil guru sufi ) dan nur Muhammad ia melontarkan
pemikiran itu kepada sa’sa’ ah bin suhan, yg kemudian menegaskan bahwa khalifah
manusia pertama adalah Muhammad SAW. Lau Ali. Dikatakan bahwa ketika turun
ayat;
وَاِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْ عِدُ هُمْ
اَجْمَعِيْنَ
“dan sungguh, jahannam itu
benar-benar (tempat) yang telah dijanjikan untuk mereka (pengikut setan)
semuanya.” (Q.S Al-Hijr [15]:43]
Salman berteriak
sambil meletakan tangannya dikepala, sraya lari keluar selama tiga hari.
Kejadian ini ditafsirkan oleh ahli tasaawuf sebagai keadaan sedang mabuk dan
fana’ ( tak sadar karena khusyuk), sehigga
tidak mendengar apapun dan hanya melihat dari tuhan.
f.
Abu Dzar Al-Ghifary (W. 22 H)
Ia adalah seorang sufi
yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yg yang telah dirintis oleh Abu bakar dan
Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah meras
menderita apabila ditimpa cobaan. Bahkan, ia sangat senang menerima berbagai
macam cobaan dari Allah SWT. Karena menganggap bahwa cobaan itu merupakan
perhatian tuhan terhadapnya. Oleh karena itu, setia kali merasa dicoba oleh
Allah SWT., ia mengucapkan syukur dan tahmid. Zuhud sebagai bagian dari tasawuf
apabila diartikan sebagai kesadaran dan komunikasi langsung antara manusia
dengan tuhan sebagai perwujudan ihsan, maka zuhud merupakan suatu stasiun (maqam) menuju
tercapainya penjumpaan atau ma’rifat pada-Nya.[2]
g.
Amar bin yasir (W.37H)
Ia adalah seorang sufi
yang sangat setia kepada khalifah ali bin abi thalib, sehingga terlihat ajaran
tasawufnya sama dgn ajaran tasawuf yg telah diamalkan oleh ali sebelumnya,
iapun termasuk salah seorang dari ahlus suffah yang pernah menyatakan bahwa
apabila amalan zuhud merupakan perhiasan dalam segala kebaikan, harta benda
kebanggaan bagi pemuka-pemuka masyarakat makkah yang telah diberantas oleh
agama islam. Menurutnya, seorang hamba yg menginginkan kemulian dari allah
SWT., harus menghiasi dirinya dgn amalan zuhud, dan menjauhkan dirinya dari
kemewahan harta benda. Ii berarti tidak mengukangi sikap dan perilaku
orang-orang makkah yg telah diberantaskan oleh ajaran islam.
h.
Hudzaifah bin alyaman ( W.36H)
Ia juga salah seorang
sufi yang setia kepada ali bin abitalib, sebagaimana halnya amar bin yasir. Ia
tergolong sebagai alim yang bijaksana sehingga banyak orang yg datang belajar
tasawuf kepadanya.
Dalam mengajarkan tasawuf, ia selalu
mendapatkan bimbingan dari Ali, terutama cara mengajarkan ilmu kepada
murid-muridnya. Ali sering memerintakan agar tidak menerima sembarang orang
sebagai murinya dalam pengajaran tasawufsebab hal itu bisa berbahaya terhadap
murid-murid yg tidak mampu menerimanya menurut Ali, ilmu tasawuf merupakan ilmu
yang sangat tinggi. Oleh karena itu, orang yg akan diajarkan imu tersebut,
harus disesuaikan dgn kemampuan akal dan
perasaannya.
i.
Almiqdad bin Al aswad ( W. 33H)
Ia adalah seorang sufi
yg berpegang teguh padaajaran zuhud, Termasuk salah seorang ulama sufi yg
sangat menentang kebijakn politikn yg dijalankan oleh khalifah utsman srring
mengemukakan kekagumannya, dan memuji cara hidup miqdad, yang dinilainya
sebagai salah seorang ulama sufi yg terkemuka.
Kepopuleran nama miqdad bukan karena seringya
menentang dan menunjukan kesalahan utsman tetapi karena banyak muridnya yg
menjadi ulama besar yg sering menunjuka kelebihan gurunya, terutama
ketekunannya dlm mengamalkan ajaran zuhud kealimannya sangat memukau
orang-orang yg pernah melihatnya, terutama dan pegawai-pegawai pemerintahan
ketika itu. Diantara tokoh-tokoh ulama sufi pada masa tabi’in dari
aliranmadinah:
(1)
Sa’id ibn Al musayyab ( W. 91 H )
Menurut ibnu khallikan,
ia dalah tokoh tabi’in kelas pertama sebab padanya terpadu hadist, piqh,
kezahidan, ibadah, dan sikap rendah hati. Mengenai keasketisan dalam masalah
harta, diriwayatkan bahwa ia ditawari uang sebanyak 35.000 dirham,tetapi
iamenjawab, “ aku tidak membutuhkannya, juga akun tidak membutuhkan bani marwan
sehingga aku bertemu Allah SWT. Yang akan memberikan putusan antara aku dan
mereka. “ dia memandang penguasa bani umayyah sebagai para tiran. Bahkan, ia
tidak mau berbai’at kepada ‘abdul malik bin marwan sehingga ia dicambuk 50X dan
dirak mengelilingi pasar-pasar dimadinah
(2)
Salim bin ‘abdullah
Salim hidup sezaman
dengan sa’id bin almusayyab. Mengenai kesederhanaanya, ia becerita, “ suatu
hari aku menemui alwalid bin ‘abdul malik. Walid bertanya, “ sehat benar
tubumu. Apa yang engkau makan” ? aku menjawab “ kue dan minyak “ walid berkata
lagi, kau makan dengan penuh selera ? “ aku menjawab, kue itu kubiarkan sampai
aku berselera memakannya. Alu aku telah berselera, barulah kue itu aku makan’.
“
Uraian ini menjelaskan bahwa aliran madinah berpegang
teguh pada asketisme dan kerendah hatian nabi muhammad SAW. Selain itu, aliran
ini tidak begitu terpengaruh oleh perubahan sosial yeng berlangsung pada
dinasti Amawiyyah, dan perinsip-perinsipnya tidak berubah sekalipun mendapat
tekanan dari penguasa. [3]
2.
Aliran bashrah
Louis massigonon
mengemukakan bawa pada abad kesatu dankedua terdapat dua aliran asketisme ISLAM
yang menonjol, yaitu basrah dan khufah. Diantar tokoh sufi yang menonjol dari
aliran basrah.
a.
Al-hasan Al-bashry ( 22 H-110 H)
Nama lengkapnya adalah Al-hasan bin Abi Al-hasan Abu
sa’id. Dia dilahirkan dimadinah pada tahun 21 H/624 M dan meninggal di basrah
pada tahun 110 H / 728 M. ia adalah putra zaid bin sabit, seorang budak yeng
tertangkap di maisan, kemudian menjadi sekretaris nabi Muhammad SAW. Ia
memperoleh pendidikan di basrah. Ia sempat bertemu sahabat-sahabat Nabi
Muhammad SAW., termasuk tujuh puluh diantara mereka adalah yang turut serta
dalam perang badar.
Ia
mendapatkan ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-yaman, sehingga ajaran itu
memengaruhi sikap dn perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari sehingga ia
dikenal sebagai ulama sufi yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia
yang terkadung dalam ajaran islam dan sangat menguasai ilmu batin.
Memang
banyak pengakuan yang menyebutkan kelebihan dan keutamaan Hasan Al-basri dalam
melaksanakn ajaran-ajran agama, seperti yang dikatakan oleh Abu Qatadah, “
Bergurulah kepada syekh ini! Saya sudah menyaksikan sendiri, tidaklah ada orang
tabi’in yang menyerupai sahabat Nabi Muhammad SAW., kecuali beliau.”
Dasar
pendirian al-basri adalah zuhd terhadap dunia, menolak segala kemegahannya,
hanya menuju kepada Allah SWT., tawakal, khauf, dan raja’. Jangankan
semata-mata takut kepada Allah SWT., tetapi ikutilah ketakutan dgn
pengharapkan. Takut akan murka-nya, tetapi mengharapkan rahmat-nya. Kemudian,
kita harus meninggalkan kenikmatan dunia karena hal itu merupakan hijab
(penghalang) dari keridaan Allah SWT.
b. Rabi’ah AL-adawiyah ( 96 H/713 M – 185 H /
801 M )
Nama lengkapnya adalah Ummu Al-khair
rabi’ah binti ismail Al-adawiyyah AL-Qisiyah. Ia lahir dari keluarga yang
sangat miskindi bsrah pada tahun 96 H / 736 M. pada saat masih kanak-kanak, ia
sudah ditinggal mati oleh ayahnya sehinga pada saat remaja, ia dirundung
keperihatinan.
Untuk
melukiskan keperihatinan rabi’ah, fariduddin attar (513 H /1119 M -627 H / 1230
M ) penyair mistik Persia, menulis bahwa ia dilahirkan dirumah, yang tidak ada
sesuatu pun yang dapat dimakan dan yang dapat dijual. Malam gelap gulita karena
minyak untuk penerangan juga telah habis. Pada suatu hari; menjelang usia
remajanya, ketiak keluar rumah, ia ditangkap oleh penjahat dan dijual dengan
harga 6 dirham. Orang yang membeli rabi’ah menyuruhnya mengerjakan pekerjaan
yang berat memperlakukannya dengan bengis dan kasar. Rabi’ah tetap tabah
menghadapi penderitaannya. Pada siang hari melayani tuannya, dan pada mlm hari,
ia beribadah kepada Allah SWT., mendambakan ridanya. Pada suatu mlm, tuannya
terjaga dari tdur dan melalui jendela, ia melihat rabi’ah sedang sujud dan
berdo’a, ya Allah, engkau tau bahwa
hasrat hatiku adalah untuk mematuhi perintahmu ; jika aku dapat mengubah nasib
q ini, niscaya aku tidak akan beristirahat barang sebentarpun dari mengabdi
kepadamu.,” mnyaksikan eristiwa itu, si tuan merasa takut. Ia termenung
semalaman sampai terbit fajar. Pagi-pagi sekali, ia memanggi rabi’ah, bersikap
lunak kepdanya dan membebaskannya,
Setelah
menikmati kebebasan, rabi’ah menjalani kehidupan sufistik, beribadah dan
ber-khalwat (menyepi), lebih memilih kemiskinan daripada kegemerlapan kehidupan
duniawi. Ia hidup menyendiri, tidak menikah, dan enggan menerima bantuan
matrill dari orang lain. Dengan sikap dan kesalehannya, namanya sebagai orang
suci dan pengkhotbah semakin harum. Ia dihormati oleh orang-orang zuhud
semasanya dan sering dikunjungi untuk tukar-menukar pengalaman mengenai masalah
kesufian. Para sufi yang sering berkunjung , antara lainmalik bin dinar ( W.
171 H ) sufyan Ats-Tsauri ( 97-161 H ) Syaqiq Al-balkhi. (W. 194 H/810 M ) dan
lain-lain.
c. Malik bin dinar ( W. 131 H )
Ibnu khallikan menjelaskan malik adalah
seorang ilmuan yang asketis dan rendah hati. Bahkan, ia adalh seorang yang suka
merendah dan tidak mau makan, kecuali dari hasil kerjanya sendiri. Pekerjaannya
adalah menulis mushaf dan upah. Diantara ucapannya adalah “ ya tuhanku
janganlah kau masukan apapun kedalam rumah malik bin dinar.”
Asy-sya’rani
mengemukakanbahwa malik makan dari hasil kerja mengambil pelepah kurma.
Dirumahnya tidak terdapat apa-apa selain mushaf, kendi, dan tikar. Selain itu,
diriwayatkan bahwa ia pernah berkata , “ seandainya seseorang mempelajari ilmu
untk diamalkan, ilmunya akan berkembang. Akan tetapi, seandainya ia mempelajari
ilmu bukan untk diamalkan, ia akan bertambah keji, takabur, dan merendahkan
orang awam.
Corak tasawuf
emnonjol pada aliran basrah adalah rasa takut yang berlebihan. Hal itu, menurut
ibnu taimiyyah karena danya kompetisi antara mereka dan para sufi kufah.
3. Aliran kufah
Aliran
kufah bercorak idealistis, menyukai hal-hal aneh dalam nahwu, imajinasi alam
puisi, dan harfiah dalam hadist, mereka cenderung pada aliran syi’ah dan
murji’ah. Itu terjadi karna syi’ah adalah aliran kalam yang pertama kali muncul
di kufah. Diantra tokoh-tokohnyaadalah sbb :
a. Sufyan ats-tsaury (97 H /715 m-161 H /778
M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah sufayan
bin sa’id bin masruq ats-tsaury al-kuhfi. Ia dilahirkan di kuffah pada tahun 97
H/715 M, dan meninggal di basrah pada tahun 161 H/ 778 M. dia adalah seorang
tabi’in pilihhan dan seorang zaid yang jarang ada tandingannya, bahkan
merupakan seorang ulama hadist terkenal,sehingga dalam merawikan hadis, dia
dijuluki amir al-mukmin fil hadis dia
adalah ulama mujahidin yang mempunyai mazhab sendiri , menurut riwayat
Abu al-qasim Al-junaid madzhabnya, madzhabnya bisa bertahan dua abad.
Suya ats-tsaury selama hidufnya diisi dengan pengabdian secara tasawuf,
dan aktif mengajarkan ilmu yang ada padanya. Ia pun selalu menyrukan kepada
sesame ulama agar menjauhkan dirinya darigodaan dunia yng sering membawa
manusialupa mengabdikan dirinya kepada tuhan.
Pendididkannya sangat teguh dan tidak mau mendekati penguasa, suatu
ketika, ia dipanggil menghadap oleh khalifah Al-mansur untuk
mempertanggungjawabkan sikapnya terhadap penguas. Ia tetap lantang pemicaraanya
terhadap khalifah sehingga orang menganggap bahwa iapasti dipenjara, tetapi hla
itu tidak terjadi.
Ia
pernah ditanya oleh seseorang yang berkata, ‘’ jika sufi yang ber-khalwat
(menyepi) untuk beribadah kepada Allha SWT, apakah yang akan dimakannya ?”
beliau menjawab’’ orang yang takut kepada Allah SWT, tidak akan khawatir apa
pun yang menimpanya. Seorang sufi harus bersaha sendiri unuk biaya hidupnya,
sekedar memperkuat fisiknya untuk beribadah kepada tuhannya. Seseorang tidak
bolehmemberatkan orang lain, termasuk tidak boleh mengemis makan dan minuman
b. Ar-Rabi’ bin khatsim (W67 H)
di antara ucapannya adalah,’’ Duh,
saudaraku! Jadilah pelindung dirimu sendiri. Kalau tidak , kamu akan hancur.,
‘’ Aku suka menjadikan diriku tertimpa cobaan hidup.’’ Dia pun terkenal dengan
dengan rasa takutnya tehadap akhirat.Asy-sya’rani meriwayatkan bahwa apabila
ada orang pergi ke kuburan, Ar-rabi’ berkata, ‘ wahai penghuni kubur! Kami
beserta kalian.’’ Lalu, ia tidur semalaman dan paginya ia tampak seakan-akan
baru bangkit dari kuburnya.
c. Sa’id bin jubair (W95 H)
Sa’id termasuk tabi’in. ia wakaf terbunuh
Al-hajjaj. Mengenai kematiannya, ahmad bin hanbal berkata, ‘’ Al-hajjaj telah
membunuh sa’id bin jubair, padaha idak seorangpun dimuka bumi ini membutuhkan ilmunya. ‘’ sementaa itu, ibnu khallikan
meriwayatkan suatu dialog yang berlangsung antara sa’id dan Al-hajjaj. Dari
dialog tersebut tampak jelas kesufian, kerendah-hatian, dan keberaniannya
menghadap penguasa tiran. Suatu ketika Al-hajjaj bertanya, ‘’bagaimana
pendapatmu tentang Ali bin Abithalib disurgakah atau dineraka ??’’ ia menjawab
andaikan aku pernah memasukinya dan mengenal siapa disana, pasti aku tau siapa
saja mereka. ‘’ Al-hajjaj bertanya lagi, ‘’bagaimana pendapatmu tentang para
khalifah ?’’ ia menjawab , ‘’ aku bukanlah pengurus mereka. ‘’ Al-hajjaj
bertanya lagi, ‘’siapakah diantara mereka yang kau kagumi ,?? Ia menjawab, ‘’
yang paling meridakan penciptaku.’’
d. Thawus bin kisan ( W. 106 H )
Menurut ibnu khallikan, ia seorang faqih
yang cakap dan cerdas. Selain itu, ia dicintai para keturunan nabi Muhammad
SAW. Ia pernah memberi saran kepada umar bin abdul aziz. Keutamaanya diakuin
malik bin anas. Diantara ucapannya adalah , ‘’ orang yang menerima azab paling
pedih pada hari kiamat adalah menyekutukan Allah SWT. Dengan kekuasannya dan
bertindak zalim.’’
4. Aliran mesir
Diantara tokoh-tokoh sufi aliran mesir di
abad pertama hijjriah adalah salim bin ‘Atar At-tajibi (W75 H), ‘’ Abdurrahman
bin hujairah ( W. 69 H ), nafi’ ( W 117
H ), Al-laits bin sa’ad ( W 175 H ),
hayyah bin syuraih ( w. 158 H ), dan Abdullah bin wahab ( W. 197 H ).
Pada abad pertama hijriah, ulama-ulama tasawuf hanya berada di beberapa
kota yang tida jauh dari kota madinah, seperti kota makkah, kufah, basrah dan
kota-kota kecil lainnya. Akan tetapi, pada abad kedua hijriah, ulama-ulama
tersebut sudah menyebar ke berbagai negri di wilayah kekuasaan islam. Klau pada
abad pertama, istilah sufi masih kurang dikenal oleh masyarakat islam.kecuali
yang dikenalnya dengan memberikan nama kepada ahli zuhud.
Cirri lain yang terdapat pada perkembangan tasawuf pada abad pertama dan
kedua hijriah adalah kemurniannya dibandingkan dengan kemurnian tasawuf pada
abad sesudahnya yang sudah tercampuri ajaran filsafat beserta tradisi agama dan
kepercayaan yang dianut oleh manusia sebelum islam. Pada abad sesudahnya,
terlihat adanya perbedaan ajaran tasawuf dengan corak teologi dan falsafi.
Semakin lama, perbedaan ajarannya semakin jauh sehingga kecurigaan antara suatu
penganut tasawuf dengan lainnya semakin menonjol sehingga permusuhan diantara
mereka tidak bisa dielakan . ditambah lagi kecurigaan ahli fiqh terhadap
tasawuf, baik yang penganut tasawuf teologi lebih-lebih terhadap penganut
tasawuf falsafi
Secara umum
tasawuf pada abad pertama dankedua hijriah memiliki karakteristik berikut.
1. Berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi
demi meraih pahala dan memelihara diri dari azab neraka. Ide ini berakar dari
ajaran-ajaran Al-quran dan As-sunah dan
sebagai dampak berbagai kondisi sosiopolitik yang bekembang dalam masyarakat
islam ketika itu.
2. Bercorak praktis. Para tokohnya tidak
menaruh perhatian untuk menyusun teoretis utas tasawuf. Sementara sarana-sarana
peraktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan secara penuh,
sedikit makan dan minum, banyak beribadah dan mengingat Allah SWT., berlebihan
dalam merasa berdosa, tunduk mutlak terhadap kehendak Allah SWT., dan berserah
diri kepada-nya. Dengan demkian, tasawuf pada saat itumengarah pada tujuan
moral.
3. Motivasi taswufnya adalah rasa takut, yaitu
rasa takut yang muncul dari landasan keagamaan secara sungguh-sungguh.
Sementara, pada akhi abad kedua hijriah di tangan rabi’ah Al-Adawiyah, muncul
motivasi cinta kepada Allah SWT.
4. Ditandai dengan kedalaman membuat analisis
khususnya di khurasan yang dipandang sebagai pendahuluan tasawuf secara
teoretis.[4]
B. Abad ketiga dan keempat hijriah
1. Perkembangan tasawuf pada abad ketiga
hijriah
pada abad ketiga hijriah, hijriah terlihat
adanya peralihan konkret pada asketisme islam. Para asketis masa itu tidak lagi
dikenal dengan gelaran tersebut, tetapi lebih dikenal dgn butan sufi. Mereka
pun cenderung memperbincangkan konsep-konsep sebelumnya tidak dikenal, misalnya
tetntang moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh seorang
penempuh jalan menuju Allah SWT. Yang dikenal dgn istilah tingkatan (maqam) dan
keadaan ( hal), makrifat dan metode-metodenya, tauhid, pana’, penyatuan atau
hulul.
Selain itu merekapun menyusun prinsip-prinsip teoretis dari semua konsep
diatas. Bahkan, mereka menyusun aturan-aturan peraktis bagi tarekat mereka.
Merekapun mempunyai bahsa simbolis khusus yang hanya dikenal dalam kalangan
mereka, yang asing bagi kalangan luar mereka. Sejak saat itulah, munccul
karya-karya tentang tasawuf. Para penlis pertama dalam bidang ini adalah
Al-muhasibi ( W 243 H ), Al-kharaz ( W 277 H) , Al-hakim At-tirmidzi ( W 285
H), dan AL-junaid ( W 297 H ). Mereka adalah para sufiabad ketiga hijriah.
Dapat dikatan bahwa abad ketiga adalah awal mula tersusunnya ilmu
tasawuf dalam arti yangluas. Selain itu, karakteristik tasawuf, sebagaimana
telah dikemukakan, mulai tampak jelas. Kondisi ini tetap berlangsung sampai
abad keempat sehingga tasawuf keuda abda ini bisa dipandang sebagai tasawuf
yang perkembangannya telah mencapai kesempurnaa.
Menurut At-taftazani etrdapat dua aliran tasawuf pada abad ketiga dan
keempat . pertama, aliran para sufi yang pendapat-pendapatnya moderat ( tasawuf
suni). Tawawfnya selalu menurunjuk pada Al-Qur’an dan As-sunnah. Kedua, aliran,
para sufi yang terpesona oleh keadaan-keadaan fana’ ( tasawuf semifilosopis ).
Tokoh-tokoh sufi yang terkenal pada abad ini antara
lain :
a. Abu Sulaiman Ad-Darani ( W.15 H )
Nama lengkapnya adalah Abu Abdurrahman bin
utbah Ad-Darani.dia lahir didaran, sebuah kampong dikawasan damaskus. Ia
meninggal pada tahun 215 H / 830 M. dia adalah murid ma’ruf dan merupkan tokoh
sufi yang terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’.
Dalam sejarah, Ad-Darani dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak
membahas ma’rifah dan hakikah. Ath-Thusi
dalam kitabnya Al-lima’ berkomentar, “ andaikan dulu aku tahu bahwa di mekah
ada seorang tokoh yang bisa mengajarkanku ilmu tersebut ( ma’rifah ) sekaliun
hanya sekalimat, niscaya aku datangi dia dengan walaupun berjalan kaki walau
jauhnya seribu farsakh sehingga aku bisa menyimaknya.
b. Ahmad bin Al-hawary Ad-Damasqiy ( W 230 H)
Ia dilahirkan didamaskus dan dikenal oleh
penduduk negeri syam ( siria ) sebagai ilmu pesikologi dan ahlak. Ia merupakan
salah seorang murid sufyan bin uyainah dan sahabat dekat abu sulaiman
Ad-Darani. Ktika salah seorang bertanya kepadanya tentang ilmu ahlak debgan
cara yang sopan, ia menguraikan keterangannya, yang didahului dengan perkataan,
“ perbuatan ini tidak ( dapat dikatakan baik ) sampai tampak kebaikan ahlakmu.
c. Dzu
An-nun Al-misri ( 155 H / 770 M – 245 H / 860 M )
Nama lengkapnya adalah Abu Al-faid sauban
bin ibrahim Dzu-Anun Al-misri. Dia lahir di Ekhmim yang terletak dikawasan
mesir hulu pada tahun 155 H / 770 M. pada tahun 214 H / 829 M, dia ditakap
dngan dituduhan membuat bida’ah dan dikirim kekota bakhdad untuk dipenjarakan
disana. Setelah diadili, khalifah memerintahkan agar ia dibebaskan dan
dikembalikan ke kairo. Dikota ini ia meninggal tahun 245 H / 860 M. ajaran
tasawuf yang dianutnya cenderubg bercorak filsafat kimia sehingga ia ;pernah
dituduh oleh fuqaha mesir sebagai orang zindiq.
d. Abu yazid Al-bustami ( W 261 H / 875 M )
Ketika abu yazid masih kecil, ia bernama
taifur, dan ketika itu mulai tampak kegemarannya untuk belajar berbagai ilmu
pengetauhan. Ia mulai belajar ilmu piqih dari ulama yang bermazhab hanafi.
Adapun imu tauhid udan ilmu tasawuf yang didapatkan dari gurunya yang bernama
Abu Ali As-Sindy, sangat bertentangan dengan paham sunni sehingga ia dan
murid-muridnya selalu diancam hukuman atas permintaan ulama-ulama sunni kepada
pemgias pemerintahan ketika itu.
e. Junaid Al-baghdai ( W. 298 H )
Nama lengkapnya adalah abu alkasim
al-junaid bin mhammad Al-khazzaz An-nihawandi. Dia adalah seorang putra barang
pecah belah dan keponakan surri As-saqti serta teman akrab Haris
Al-muhasibi.dia meninggal di Baghdad pada tahun 297 H / 910 M.
Dia termasuk seorang tokoh sufi yang luar biasa, teguh dalam menjalankan
syariat agama, sangat mendalam jiwa kesufiannya. Dia dia adalah seorang yang
sangat faqih, sering memberi fatwa sesuai mazhab yang dianutnya, madzhab abu
tsauri, serta teman akrab imam as-syafi’i.
Diantara ucapan-ucapannya yang mengandung tasawuf antara lain, “ tuhan
menuangkan kebajikannya kedalam hati seseorang yang selalu menyediakan ingatan
kepadanya. Oleh karena itu engkau jangan melihat kesalahan hatimu. Sebab, lupa
tuhan lebih menakutkan daripada masuk neraka.
f. Al-hallaj ( lahir tahun 244 H / 838 M )
Nama lengkapnya adalah Husain bin manshur
bin Muhammad Al-hallaj. Ia dilahirkan disebuah desa bernama “thur” dekat desa
baidha’ di Persia.dalam sejarah tasawuf dia dikenal dengan kegigihannya
mempertahankan pendapat, terutama filsafah al-hulul yang dianutnya sehingga
melahirkan pernyataan yg menyatakan “ anal haq “ ( saya adalah tuhan perkataan
itulah mengundang perotes para fuqaha, bahkan ahli tasawuf pun yang berbeda
dengan pahamnya menuduh Al-hallaj. Ketika ditanya di pengadilan tentang
filsafah hululnya, ia berkata, “ memang anasir manusia tetap sebagaimana
semula, tidak bercampur dgn dzat tuhan.
2. Perkembangan tasawuf pada abad keempat
hijriah
Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu
tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya pada abad ketiga
karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya
masing-masing. Kota Baghdad sebagainya satu-satunya kota yang terkenal sebagai
pusat kegiatan tasawuf yang paing besar sebelum masa itu, mulai tersaingi oleh
kota-kota besar lainnya.
Upaya untung mengembangkan ajaran tasawuf
diluar kota Baghdad, dipelopori oleh bebrapa ulama ulama yang terkenal
kealimannya, antara lain:
1. Musa Al-anshary; mengajarkan ilmu tasawuf
di khurasan ( Persia atau iran ), dan wafat disana pada tahun 320 H.
2. Abu hamid bin Muhammad Ar-Rubazy ;
mengajarkannya disalah satu kota di mesir, dan wafat disana pada tahun 322 H.
3. Abu zaid Al-adamy ; mengajarkan
disemananjung Arabia, dan wafat disana pada tahun 314 H.
4. Abu ali Muhammad bin abdi wahhab As-saqafy;
mengajarkannya di naisabur dan kota syaraz, hingga ia wafat pada tahun 328 H.
Sekalipun demikian, perkembangan tasawuf di
berbagai negeri dan kota tidak mengurangi perkembangan tasawuf dikota Baghdad.
Bahkan, penulisan kitab-kitab tasawuf disana sudah dimulai bermunculan,
misalnya Qut Al-qulub fi mu’amalah Al-mahbud wa washf thariq Al-murid ila makam
At-tauhid fi at-tassawuf, yang dikarang oleh abu thalib al-makky, meninggal di
Baghdad pada tahun 386 H.
Dalam pengajaran ilmu tasawuf di berbagai
negeri dan kota, para ulama menggunakan sistem tarekat, sebagaimana yang
dirintis oleh ulama tasawuf pendahulunya. Sistem tersebut berupa pengajaran
dari seorang guru terhadap murid-mridnya yang bersifat teoretis serta bimbingan
langsung mengenai cara pelaksanaanya yang disebut suluk dalam ajaran tasawuf.
Sistem pelajaran tasawuf Yng disebut tarekat, diberinama dengn
dinisbatkan kepada nama penciptanya ( gurunya), atau sering pula dinisbatkan
pada lahirnya keiatan tarekat itu.
Cirri-ciri lain yang terdapat pada abad ini adalah semakin kuatnya unsur
filsafat yang memengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang
tersebar dikalangan umat islam dari hasil terjemahan orang-orang muslim sejak
permulaan daulah abbasiyah. Padaabad ini pula, mulai dijelaskannya perbedaan
ilmu zahir dan ilmu batin, yang dapat dibagi oleh ahli tasawuf menjadi empat
macam, yaitu :
a. Ilmu syariah
b. Ilmu tariqah
c. Ilmu haqiqah
d. Ilmu ma’rifah
Kumpulan pengetahuan tentang syariah melalui
tariqah untuk mencapai haqiqah,
dinamakan ma’rifah. Apabila seseorang telah menjalani tariqah yang seimbang
dengan syariah lahir dan batin untuk menuju tujuan tertentu dalam tasawuf,
insya Allah, tercapailah kondisi mental yang menciptakan istilah insane kamil (
manusia sempurna ) yang selalu dekat dengan tuhannya yang disebut waliyullah,
yaitu orang yang selalu mendapatkan limpahan karunia ilahi sehingga sanggup
melakukan perbuatan yang luar biasa yang dinamakan keramat ( alkaramah).[5]
C. Abad Kelima Hijriah
Pada abad kelima, aliran tasawuf sunni
terus tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, aliran tasawuf semifilosofis mulai
tenggelam dan baru muncul kembali, dalam bentuk lain, yaitu pada
pribadi-pribadi para sufi yang juga filsuf abad keenam dan setelahnya.
Tenggelamnya
aliran tasawuf semifilosofis pada abad kelima disebabkan berjayanya aliran
teologi Ahlus Sunnah wal Jama’ah karena keunggulan Abu Al-Hasan
Al-Asy’ari (w.324 H) atas aliran-aliran lainnya, dengan kritikannya yang keras
terhadap keekstreman terhadap tasawuf Abu Yazid Al Bustami dan Al-Hallaj
ataupun para sufi lain yang ungkapan-ungkapannya ganjil, termasuk kecamannya
terhadap semua bentuk berbagai penyimpanan lainnya. Oleh Karena itu, tasawuf
pada abad kelima cenderung mengadakan pembaruan, yaitu dengan mengembalikannya
pada landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun tokoh-tokoh pada abad ini sebagai
berikut:
a. Al-Qusyairi (376-465 H)
b. Al-Harawi (lahir 396 H)
c. Al-Ghazali (450-405 H) [6]
D. Abad Keenam, Ketujuh, Dan Keelapan Hijriah
1. Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam
Hijriah
a. As-Suhrawardi Al-Maqtul (w. 587H/1191M)
b. Al-Ghaznawy (w. 545 H/ 1151 M)
2. Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh
Hijriah
a. Ibnu Faridh
b. Ibnu Sabi’in
c. Jalaludin Ar-Rumy
1. Perkembangan Tasawuf Abad Kedelapan Hijriah
Dengan terlewatinya abad ketujuh hijriah
hingga memasuki abad kedelapan, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran
baru dalam tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan
pemikirannya tentang ilmu tasawuf , mereka kurang mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari umat islam sehingga boleh dikatakan bahwa nasib ajaran
tasawuf ketika itu, hampir sama dengan nasibnya pada abad sebelumnya.
Pengarang-pengarang
kitab tasawuf pada abad ini antara lain:
a. Al-Kisany (w. 739 H/1321 M)
b. Abdul Karim Al-Jily, pengarang kitab Al-insan
Al-Kamil.
2. Abad Kesembilan dan Kesepuluh Hijriah serta
Sesudahnya
Dua factor yang sangat menonjol yang
menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia islam, yaitu:
a. Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan
dikalangan masyarakat islam sebab banyak di antara mereka yang terlalu
menyimpang dan ajaran islam yang sebenarnya, misalnya tidak lagi menjalankan
shalat karena mereka sudah mencapai tingkat ma’rifat;
b. Penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani
sudah menguasai seluruh negeri islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme,
selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan jaran tasawuf yang sangat
bertentangan dengan pahamnya.
Masa kejayaan tidak pernah dicapai hingga sekarang.
Sekalipun demikian, ajarannya tetap hidup karena merupakan suatu unsure dari
ajaran islam, tetapi kadang-kadang disalahgunakan oleh orang-orang tertentu
untuk mencapai tujuannya. [7]
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawauf. Bandung:
CV.Pustaka Setia.2010
Santosa, Budi.Membumikan Ajaran-Ajaran Langit. Wisdom
Institute Publisher.
Nasution, Ahmad Bangun dan Siregar, Rayani Hanum. Akhlak
Tasawuf. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Amin, Samsul Munir.Ilmu Tasawuf.Jakarta:Amzah.2012
http://sejarah-perkembangan-tasawuf.